Menjadi Investor Ramah Lingkungan

Mei 2006 tidak akan pernah dilupakan oleh warga Jogjakarta karena gempa dahsyat yang menyebabkan ribuan orang meninggal dunia. Bagi warga Porong Sidoarjo, Mei 2006 bukan hanya diingat karena adanya gempa tetapi lebih-lebih akan diingat sebagai awal bencana lingkungan yang sampai sekarang belum selesai. Lumpur yang terus keluar dari tempat pengeboran minyak milik PT Minarak Lapindo salah satu anak perusahaan Grup Bakrie telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat masif dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan. Awal tahun 2010 juga ditandai dengan bencana lingkungan di teluk Meksiko yang disebabkan bocornya sumur pengeboran milik British Petrolium (BP). Kasus Lapindo di Porong dan BP di Teluk Meksiko semakin menyadarkan kita akan arti penting pelestarian dan perlindungan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan jika hal tersebut tidak dilakukan.

Lapindo dengan didukung pemerintah mengeluarkan triliunan rupiah untuk menyelesaikan masalah bocornya sumur minyak di Porong. BP juga mengeluarkan milyaran dollar untuk menutup kebocoran sumur minyaknya di Teluk Meksiko dan upaya untuk membersihkan laut dari tumpahan minyak. BP juga dilaporkan menjual beberapa asetnya untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi masalah kebocoran sumur minyaknya. Kasus yang dialami kedua perusahaan eksplorasi minyak tersebut telah memberikan dampak pada turunnya harga saham kedua perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan kelompok Bakrie sempat mengalami penurunan yang tajam saat kasus Porong belum memenuhi titik terang penyelesaian dengan masyarakat setempat. Harga saham BP juga mengalami penurunan karena kasus Teluk Meksiko tersebut.

Isu kerusakan lingkungan dan meningkatnya kesadaran lingkungan telah mendorong perusahaan dan juga para investor untuk melakukan investasi yang ramah lingkungan. Muncullah konsep investasi ramah lingkungan (green investment), perusahaan ramah lingkungan (green company), dan investor ramah lingkungan (green investor). Meminjam definisi dari Investopedia, investasi ramah lingkungan adalah investasi melalui berbagai sekuritas seperti saham dan reksadana pada perusahaan atau bisnis yang terlibat dalam aktivitas perbaikan lingkungan termasuk di dalamnya upaya untuk mendapatkan energi alternatif, konservasi sumber daya alami, dan implementasi proyek-proyek yang tidak mencemari udara dan air. Perusahaan ramah lingkungan adalah perusahaan yang menjalankan bisnis atau menghasilkan produk yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan tidak mencemari air maupun udara. Investor ramah lingkungan adalah investor yang menginvestasikan atau menempatkan uangnya pada perusahaan, bisnis, atau proyek-proyek yang ramah lingkungan baik secara langsung maupun dengan cara membeli sekuritas yang diterbitkan perusahaan maupun dengan membeli reksadana.

Pemerintah Indonesia juga menyadari pentingnya perlindungan lingkungan dan telah menyiapkan dana sebesar USD 1 Milyar untuk kebutuhan dana investasi ramah lingkungan melalui Indonesia Green Investment Fund seperti yang dilakukan pemerintah Brasil dengan Amazon Fund. Presiden SBY mengumumkan hal tersebut selepas mengikuti perundingan iklim global di Kopenhagen Desember 2009. Kepedulian akan lingkungan juga berkembang di kalangan investor di seluruh dunia. Studi dari Yankeloviech tahun 2006 menyimpulkan bahwa 87% investor lebih memilih investasi pada bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial termasuk peduli akan lingkungan, jika mereka percaya bahwa investasi tersebut akan memberikan keuntungan yang sepadan dengan investasi di bisnis pada umumnya.

Bagaimana menjadi investor ramah lingkungan? Investor ramah lingkungan ditandai dengan upaya untuk memilih investasi pada bisnis atau perusahaan yang peduli akan lingkungan atau yang terus berupaya untuk menemukan energi alternatif. Investor ramah lingkungan akan menghindari bisnis atau perusahaan yang tidak peduli lingkungan dan cenderung merusak lingkungan. Perusahaan yang banyak melakukan penebangan hutan tanpa upaya konservasi dan reboisasi hutan tentu bukan menjadi pilihan investasi, demikian juga perusahaan yang banyak mencemari udara dan air tanpa upaya pengolahan limbah yang baik. Perusahaan yang menghasilkan produk dengan bahan baku dari kulit binatang yang dilindungi juga bukan menjadi pilihan investasi. Green Investment Network sebuah lembaga non profit memberikan petunjuk bagi para investor untuk menjadi investor ramah lingkungan. Beberapa alternatif bisnis atau industri yang bisa menjadi alternatif investasi bagi investor ramah lingkungan antara lain industri bioenergi, energi angin dan matahari, bioteknologi, industri daur ulang, industri yang menghasilkan dan menggunakan energi alternatif di luar minyak bumi, industri agro dengan proyek pembibitan dan pelestarian hutan, industri makanan, industri yang menghasilkan alat atau sistem pengolah limbah, dan industri lain yang peduli akan kelestarian lingkungan. Investor dapat melihat profil perusahaan, proyek yang sedang dan akan dijalankan perusahaan serta produk yang dihasilkan untuk mengenal perusahaan tersebut dan memastikan apakah perusahaan tersebut masuk kategori perusahaan ramah lingkungan. Keputusan investasi pada perusahaan ramah lingkungan akan sangat membantu dalam upaya pelestarian lingkungan dan upaya melindungi bumi dari kehancuran. Jika anda seorang investor saatnya untuk menjadi investor ramah lingkungan demi bumi tempat hidup kita dan ciptaan Tuhan yang lain.

Categories: Finance

Beli Saham vs Beli Bisnis

Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada saya, “Pak kalau orang beli saham itu sebenarnya yang dibeli apa? Pertanyaan yang kelihatannya sederhana tetapi sebenarnya memerlukan penjelasan yang tidak sederhana. Mungkin juga orang menganggap sebagai pertanyaan bodoh yang tidak perlu dijawab. Bagi saya pertanyaan tersebut patut untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap supaya tidak ada kesalahan dalam membuat keputusan. Mengapa pertanyaan tersebut harus dihubungan dengan pembuatan keputusan, karena membeli saham berhubungan dengan keputusan investasi. Jika keputusan investasi dibuat dengan tidak benar maka bisa berdampak pada kerugian yang harus ditanggung pembuat keputusan.

 

Sebagai sebuah keputusan investasi maka membeli saham berhubungan dengan masa depan karena dampak dari keputusan tersebut akan dirasakan di masa datang bukan saat keputusan dibuat. Maka membeli saham bisa diartikan dengan membeli masa depan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Kalau perusahaan di masa datang menghasilkan keuntungan yang besar maka pembeli saham perusahaan tersebut dapat berharap mendapatkan bagian keuntungan perusahaan dalam bentuk yang dikenal orang sebagai dividen. Jika perusahaan di masa datang mengalami kerugian maka harapan untuk mendapatkan dividen juga sirna. Oleh karena itu membeli saham selain berarti membeli masa depan perusahaan juga berarti membeli prospek perusahaan. Jika prospek perusahaan di masa datang diperkirakan baik maka tepatlah keputusan untuk membeli saham perusahaan tersebut, sebaliknya jika prospek perusahaan di masa datang diperkirakan tidak baik maka keputusan untuk membeli saham perusahaan tersebut dikatakan tidak tepat. Prospek dan masa depan perusahaan dapat diperkirakan dari sejarah perkembangan perusahaan, rencana pengembangan perusahaan di masa datang, dan dari prediksi kondisi industri dan ekonomi negara yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan.

 

Membeli saham juga berarti membeli kepemilikan atas perusahaan. Seorang yang membeli saham perusahaan A berarti membeli kepemilikan perusahaan A dan menjadi bagian dari pemilik perusahaan A. Karena yang dibeli adalah kepemilikan maka ketika membuat keputusan pasti harus dengan perhitungan matang dan ditujukan untuk jangka waktu yang tidak pendek. Menjadi pemilik berrati menjadi bagian dari perusahaan tersebut sehingga akan menikmati keuntungan pada saat perusahaan memperoleh keuntungan dan akan ikut merasakan kerugian pada saat perusahaan merugi. Seorang yang melihat bahwa membeli saham adalah membeli kepemilikan akan berpikir untuk masa depan perusahaan dalam jangka panjang dan dipertimbangkan sebagai investor. Sementara bagi investor jangka pendek atau dalam dunia investasi dikenal sebagai spekulan tidak melihat bahwa membeli saham adalah membeli kepemilikan atau membeli masa depan. Spekulan akan lebih melihat naik turunnya harga saham sebagai pertimbangan untuk membeli atau menjual saham, karena yang dicari adalah keuntungan dari selisih harga saham saat membeli dan saat menjual.

 

Warren Buffet yang dianggap sebagai salah satu guru investasi menyatakan bahwa membeli saham berarti membeli bisnis perusahaan. Kalimat itu ingin menegaskan perbedaan antara investor dan spekulan.  Seorang spekulan akan membeli saham dalam arti saham sebagai surat berharga yang harganya bisa naik dan bisa turun sehingga akan membeli saat harga rendah dan menjual saat harga tinggi. Spekulan tidak terlalu peduli dengan prospek dan masa depan perusahaan. Lain halnya dengan investor yang membeli saham dalam arti membeli bisnis perusahaan. Membeli bisnis perusahaan bukan berarti hanya untuk satu atau dua tahun tetapi lebih dari itu. Investor yang membeli bisnis tidak perlu khawatir dengan naik turunnya harga saham di pasar modal, karena jika bisnis perusahaan memang baik dan berprospek maka harga sahamj di pasar dengan sendirinya akan menjadi baik. Memang untuk itu diperlukan kesabaran dari investor karena sering kali sebuah bisnis butuh waktu tidak pendek untuk menunjukkan hasil yang mengemberikan. Kunci utama saat membuat keputusan untuk membeli bisnis perusahaan adalah yang pertama dengan memperhatikan sejarah panjang dari perusahaan tersebut baik dari sisi keuangan maupun dari sisi manajerial yang lain. Kedua hindari bisnis perusahaan yang belum memiliki sejaran panjang dan mudah mengalami perubahan karena perubahan kondisi ekonomi atau perubahan teknologi. Ketiga pastikan bahwa bisnis yang dipilih adalah yang sesuai dengan diri anda, karena dengan membeli bisnis tersebut berarti anda menjadi bagian dari pemilik perusahaan dan menjadi bagian dari bisnis itu sendiri. Jika tidak ada kecocokan maka bisa membuat rasa tidak nyaman dan hal tersebut akan menganggu ketenangan dalam berinvestasi. Oleh karena itu patut untuk diingat ketika anda memutuskan untuk menjadi investor dan membeli saham maka anda harus sadar bahwa anda membeli bisnis perusahaan bukan semata-mata membeli saham hanya sebagai surat berharga yang dapat diperjualbelikan dan dari situ anda memperoleh keuntungan. Pilihan ada ditangan anda.

Categories: Finance

Inflasi dan Investasi

“Mbok, berase sekilo pinten?”

“Sekilo sakniki enemewu gansalatus, bu.”

 “Lho mundak to mbok.”

“Inggih bu, sakniki sedaya sami mindak reginipun.”

“Wah yen ngono duite saiki soyo ora ono ajine yo mbok”.

“Inggih bu.”

Itulah sepenggal percakapan yang terjadi antara seorang ibu dengan seorang pedagang di pasar. Keduanya memperbincangkan kenaikan harga yang terjadi akhir-akhir ini, khususnya memasuki bulan ramadhan, saat umat muslim memulai ibadah puasa. Percakapan di atas ditutup dengan pernyataan ibu “Wah yen ngono duite soyo ora ono ajine yo mbok.” Dalam bahasa Indonesia, “wah, kalau begitu uang semakin tidak ada nilainya atau kekuatannya ya simbok.” Orang pada umumnya melihat kenaikan harga menyebabkan daya, kekuatan atau nilai uang turun, karena dengan uang yang sama orang tidak lagi bisa membeli barang dengan jumlah yang sama.

Dalam konsep ekonomi kenaikan harga yang terjadi secara umum untuk berbagai jenis barang, khususnya barang kebutuhan pokok, disebut inflasi. Inflasi bisa disebabkan oleh kenaikan permintaan akan barang atau disebabkan oleh kenaikan ongkos produksi. Dalam bulan puasa dan saat idul fitri inflasi biasanya disebabkan oleh kenaikan permintaan barang, khususnya beras, daging, telur, gula, dan minyak goreng. Inflasi menyebabkan daya beli turun atau dipahami oleh orang kebanyakan dengan turunnya nilai atau kekuatan uang untuk dipergunakan membeli barang seperti pernyataan ibu kepada simbok pedagang di pasar.

Inflasi selain  menyebabkan daya beli masyarakat turun juga dapat menyebabkan pengembalian atau keuntungan investasi turun serta turunnya nilai investasi. Irving Fisher seorang ahli ekonomi menyatakan adanya hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga. Dalam persamaan yang dibuat secara sederhana dinyatakan bahwa tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah tingkat inflasi. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa kita lihat dan gunakan pada saat kita menabung di bank atau pada saat mengajukan kredit di bank. Jadi tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa kita terima dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pada saat kita pergi ke bank dan akan mendepositokan uang kita untuk jangka waktu satu tahun, pihak bank memberikan bunga sebesar 6%, maka jika kita depositokan uang sebesar satu juta rupiah dalam satu tahun uang kita akan menjadi satu juta enam puluh ribu rupiah. Jumlah itu diperoleh jika kita mengacu pada bunga nominal. Jika diketahui inflasi dalam satu tahun sebesr 5,5% maka bunga riil yang diperoleh adalah sebesar 0,5% sehingga uang deposito kita dalam satu tahun sebenarnya secara riil hanya menjadi  satu juta lima ribu rupiah. Jadi jika kita hitung secara riil dengan mempertimbangkan inflasi hasil investasi kita dalam bentuk deposito hanya sebesar lima ribu rupiah atau 0,5% setahun. Bisa dibayangkan jika inflasi melebihi bunga deposito, maka sebenarnya investasi kita tidak memberikan pengembalian atau keuntungan yang positif tetapi negatif.

Pemahaman investor akan dampak inflasi pada tingkat pengembalian atau keuntungan investasi sangat diperlukan pada saat investor akan memilih jenis investasi yang akan dilakukan. Dengan menggunakan persamaan Fisher yang sederhana investor bisa menghitung tingkat pengembalian atau keuntungan investasi yang akan dibuat. Pada saat inflasi tinggi deposito di bank bukan merupakan pilihan yang tepat, walaupun kadang bank akan menaikkan bunga untuk meredam inflasi yang tinggi. Investasi pada obligasi bisa menjadi alternatif bagi investor yang tidak begitu menyukai risiko tinggi. Obligasi ritel pemerintah (ORI) bisa menjadi salah satu alternatif, disamping aman juga memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang cukup tinggi. Bagi investor yang agak menyukai risiko dapat memilih reksadana sebagai alternatif investasi dan bagi investor yang senang akan risiko investasi di saham akan menjadi pilihan yang menarik, namun tetaplah memilih saham-saham yang memiliki fundamental keuangan yang bagus. Fundamental keuangan yang bagus akan menjaga harga saham pada level yang aman namun tetap memberikan keuntungan yang tinggi. Sekarang pilihan ada di tangan anda sebagai investor atau calon investor untuk melakukan investasi pada saat inflasi cukup tinggi.

(Harian Jogja, Rabu, 18 Agustus 2010)

Categories: Finance

Market Indexes Several Capital Markets Around The World

Capital Markets Jan 2, 2008 Dec 31, 2008 Change Jan 2, 2009 Feb 6, 2009 Change
Points % Point %
Shanghai 5262 1820.8 -3441 -65.39% 1880.7 2181.2 300.52 15.98%
Nikkei 14691 8859.6 -5832 -39.70% 9043.1 8076.6 -966.5 -10.69%
Hang Seng 27561 14387 -13173 -47.80% 15043 13655 -1388 -9.23%
KLSE 1436 876.75 -558.9 -38.93% 894.36 896.64 2.28 0.25%
STI 3461 1761.6 -1700 -49.11% 1829.7 1715.4 -114.4 -6.25%
FTSE 6417 4434.2 -1983 -30.90% 4561.8 4291.9 -269.9 -5.92%
NASDAQ 2610 1577 -1033 -39.57% 1632.2 1591.7 -40.5 -2.48%
DJIA 13044 8776.4 -4268 -32.72% 9034.7 8280.6 -754.1 -8.35%
IDX 2732 1355 -1376 -50.38% 1437 1350.6 -86.7 -6.03%
Categories: Finance

Indonesia Central Bank Cut BI Rate 50 Basis Points

On February 4, 2008 Bank Indonesia cut the BI Rate for 50 basis points. The new rate is 8.25%. This decision is used to stimulate the economics condition of Indonesia in the beginning of 2009. Last week the Bank of England cut the interest rate 50 basis points for the UK interest rate. The new interest rate is 1%.

The decreasing of the interest rate in almost all countries in the world is the respond of the decreasing in global economics condition. The lower interest rate will stimulate the economics especially for manufacturing industry. The lower interest rate will give opportunities to manufacturing industry in making investment. The new investment will give working opportunity to the people therefore will reduce the unemployment.

Categories: Finance

Government of Indonesia Cuts The Interest Rate

Bank Indonesia the authority of monetary policy on January 7, 2009 cut the BI Rate 50 basis points from 9.25% to 8.75%. The decreasing of interest rate is based on the prediction of the inflation rate on 2009. The inflation rate on 2009 is predicted around 7%. The lower interest rate will gave positive impact to the investment in real sector specially in manufacturing sector. The increasing in investment on manufacturing sector will give positive stimulus to the Indonesia economics.

Categories: Finance

The Impact of Financial Crisis Capital Market

The impact of financial crisis in US to several capital markets around the world are shown in table below

Capital Markets
2007
2008
Jan 2 – Dec 31
Jan 2 – Nov 30
Jan 2 – Nov 30
US
6.335%
7.192%
-32.313%
UK
2.313%
1.927%
-33.174%
Jepang
-11.789%
-9.641%
-44.393%
Hongkong
36.939%
41.031%
-49.608%
China
96.659%
82.091%
-64.513%
Singapura
14.635%
15.917%
-49.943%
India
45.507%
38.881%
-55.570%
Malaysia
29.357%
25.055%
-39.670%
Indonesia
49.513%
46.382%
-54.547%
Categories: Finance

The Impact of Lehman Brothers

The bankruptcy of Lehman Brothers gave negative impact to capital markets around the world. The table below shows those impact after three weeks.

Capital Markets
Sept 15-Oct 10, 2008
US
-22.59%
UK
-24.44%
China
0.70%
Jepang
-28.71%
Taiwan
-15.23%
Hongkong
-19.15%
Korsel
-10.54%
India
-22.20%
Singapura
-20.85%
Malaysia
-9.46%
Indonesia
-15.56%
average
-17.09%
Categories: Finance

Kenaikan Suku Bunga SBI dan Portofolio Investasi

Pemerintah telah menaikkan suku bunga SBI menjadi 8,75%. Kenaikan ini adalah yang kedua kalinya setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM. Kenaikan suku bunga SBI ini sebagai upaya untuk mengantisipasi tingginya tingkat inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM.

 

Kenaikan ini akan memicu kenaikan suku bunga pinjaman/kredit perbankan. Hal tersebut tentu saja akan berdampak pada sektor riil dan kegiatan investasi. Sektor perumahan juga akan menerima dampak kenaikan suku bunga SBI ini karena kenaikan suku bunga SBI akan menaikkan suku bunga KPR yang akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat akan produk-produk perumahan.

 

Kegiatan investasi juga akan mengalami perubahan khususnya dalam portofolio investasi. Kenaikan tingkat suku bunga SBI yang merepresentasikan tingkat suku bunga bebas resiko akan menyebabkan perubahan portofolio investasi. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa kenaikan tingka suku bunga SBI akan menggeser garis CML (Capital Market Line) yang menyebabkan pergeseran titik singgung garis CML dengan kurva batas portofllio efisien (efficient frontier). Titik singgung antara CML dan efficient frontier menyebabkan perubahan portofolio investasi yang optimal. Untuk itu bagi para investor harus bersiap untuk melakukan revisi dan perubahan portofolio investasinya 

Categories: Finance

The Evolution of Financial Management

 

  • Early 1900 : instrument, institution, and procedures of capital market and money market
  • Around 1920 : focus on security and banking sector, and investment in common stock
  • Around 1930 : focus on liquidity, debt, regulation, bankruptcy, reorganization
  • Early 1940 and 1950 : internal analysis, planning and controlling cash flow
  • End of 1950 : capital budgeting, valuation, and dividend policy
  • Around 1960 : development of portfolio theory
  • Around 1970 : CAPM model and APT model that can be used to value the financial assets
  • Around 1980 : focus on uncertainty, asymmetric information, financial signaling
  • Around 1990 : multinational financial management, behavioral finance, enterprise risk management, good corporate governance 

 

Categories: Finance